Senin, 18 Oktober 2010

Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI

Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI

oleh Agung Heru Setiawan pada 26 September 2010 jam 11:08
Copyright @2008 IT Dept. JawaPos Jl. Ahmad Yani 88, Surabaya 60234 Jawa Timur - Indonesia Phone. (031) 8283333 (Hunting), Fax. (031) 8285555

<!--http://www.jawapos.co.id/ - http://www.jawapos.com/ -->

[ Senin, 30 Agustus 2010 ] Jawa Pos, halaman 41
Jefri Prima Bolang, Sutradara Si Bolang, yang Terhenti Karirnya karena Kanker

Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI

Kesehatan adalah salah satu karunia terbesar yang harus disyukuri manusia. Tanpa kesehatan yang prima, apa yang dapat dilakukan manusia. Setidaknya, itulah pengalaman hidup yang bisa dipetik dari Jefri Prima Bolang, 44.

AD'HA DIA AGUSTIN, Sidoarjo

---

MATAHARI bersinar cukup terik siang itu. Saat Jawa Pos tiba di depan teras rumah di Dusun Krembung Barat, Krembung, jarum jam menunjukkan pukul dua siang.

Suasana gerah itu sedikit tak terasa saat telinga menangkap celoteh beberapa anak kecil yang bermain di halaman rumah tersebut. Anak-anak memang selalu menebarkan keceriaan.

Beberapa saat kemudian Jawa Pos dan tim dari Lembaga Manajemen Infak (LMI) disambut oleh wanita setengah baya. Dengan ramah dia mempersilakan kami masuk. Wanita tersebut adalah Ester Wahyuni, 33. Dia adalah istri Jefri Prima Bolang, seniman musik dan juga sutradara.

Jefri Prima Bolang kini bukan lagi seniman yang prima seperti beberapa tahun lalu. Karirnya terpangkas oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

Tak berapa lama menunggu, seorang lelaki dengan perawakan kurus keluar menemui kami. Dialah Jefri Prima Bolang. Sosoknya jauh dari gambaran seorang seniman yang sangat berpengaruh dan telah menyutradarai banyak film di TVRI
.

Jefri, antara lain, dikenal sebagai pencetus salah satu reality show Bolang, Bocah Petualang, yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional.

Laki-laki kelahiran Manado 44 tahun silam itu kini tampak kurus. Rambutnya dibiarkan memanjang dengan jenggot panjang yang juga tak terurus.

Sesekali bicaranya tersengal-sengal karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Dokter telah memvonis Jefri mengidap penyakit kanker tenggorokan. ''Kanker ini dikategorikan kanker ganas,'' jelas Agung Heru Setiawan, kepala cabang LMI Sidoarjo.

Kanker tersebut telah menyerang bagian mata dan otaknya sehingga dia tidak dapat melihat. Berkali-kali dia harus meminta maaf kepada Jawa Pos karena tidak dapat mengatakan dan menyelaraskan apa yang ada di pikiran dan perkataannya.

Penderitaan keluarga tersebut tak berhenti pada kondisi kesehatan sang tiang keluarga. Sang istri, Ester Wahyuni, yang diharapkan bisa menggantikan peran Jefri, ternyata tak sepenuhnya bisa diandalkan. Sebab, Ester sendiri harus berjuang melawan penyakit hepatitis.

Karena itulah, ketiga anak mereka, Gebi, 10, Putra, 8, Nanda, 2,5, kini tidak bisa melanjutkan sekolah. Parahnya, si bungsu, Satriya, yang baru lahir 19 Agustus lalu, ternyata mengidap kelainan jantung.

''Sampai saat ini bayi tersebut belum bisa dibawa pulang karena harus dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya,'' ujar Agung.

Sementara itu, Ester tidak bisa menyusui Satriya karena dikhawatirkan penyakit hepatitis yang dideritanya menular kepada anaknya.

Sebelum tinggal di Sidoarjo, keluarga tersebut tinggal di Malang. Karena tak punya biaya hidup, Om Je, panggilan Jefri, memutuskan membawa keluarganya pulang ke kampung halaman di Manado.

Biaya perjalanan ditanggung keluarga besarnya. Namun, dalam perjalanan ke bandara, Om Je diberi pilihan bahwa dia harus kembali ke agama keluarganya, Kristen. Sebelumnya, Om Je dan keluarga merupakan mualaf. ''Saya memilih tinggal di sini walaupun saya serba kekurangan,'' ujarnya sambil meneteskan air mata. Dia ingin anaknya tetap beragama Islam.

Akhirnya, atas uluran seorang warga Bulang, Krembung, dia perbolehkan tinggal di gudang miliknya. Sampai suatu hari dia ditawari bantuan oleh lembaga zakat LMI, ''Saya menganggap itu berkah dari Allah SWT,'' ujar Om Je bersyukur. (c2/ib)
Kepala Cabang LMI Sidoarjo berusaha memberikan harapan lebih baik pada Pak Jefry, semoga ramadhan ini dirasakan juga kenikmatannya oleh Pak Jefry bersama keluarga.
Pak Jefry disambangi wartawan Jawa Pos Mbak Adha, semoga berkah dan manfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar