Bara Dakwah di Watubara
Butuh menembus belantara dan naik turun bukit terjal untuk mencapai Dusun Watubara, Desa Mukusaki, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende. Sebuah kawasan terpencil di pantai utara Pulau Flores dengan penduduk yang tergolong miskin. Tingkat pendidikan pun hanya sekolah dasar.
Penduduk Desa Mukusakih adalah mayoritas petani. Walaupun daerah pantai, namun potensi laut di pesisir utara Pulau Flores tidak semaju di pantai selatan. Sehingga perikanan tidak berkembang. Sebagai petani, tanah yang digarap pun bukan tanahnya sendiri. Mereka menyewa tanah yang dimiliki orang-orang dari kota Kabupaten Ende. Seperti halnya petani didaerah terpencil yang sulit diakses jalur distrubusi, hasil tani hanya dimanfaatkan sendiri dari musim ke musim.
Dusun Watubara merupakan salah satu dari beberapa sentral dakwah Islam. Di dusun ini mayoritas penduduk beragama Islam. Walau demikian, umat muslim di Kecamatan Wewaria hanya sekitar 4 % dari keseluruhan. Belum masifnya dakwah di sini dikarenakan akses yang sulit dan keterbatasan sumber daya.
“Idul Adha merupakan salah satu kesempatan baik menarik massa untuk belajar Islam,” ungkap Nurdin, seorang dai yang sejak tahun 2000 berdakwah di Kabupaten Ende. Walaupun flores adalah salah satu pusat peternakan terbaik di Indonesia, perlu diketahui bahwa masyarakat Wewaria pada umumnya jarang makan daging. Sehingga momen qurban adalah saat yang tepat untuk berdakwah.
Nurdin mengatakan bahwa qurban terakhir yang diadakan di Wewaria terjadi empat tahun silam. “Saat itu satu kecamatan mendapatkan satu ekor sapi,” ujar Nurdin. “Walapun masing-masing orang mendapat daging yang seadanya, kegembiraan sangat terasa saat itu,” kenangnya. Sejak saat itu belum ada lagi hewan qurban yang didistribusikan di Kecamatan Wewaria. Selain Muslim hanya minoritas, kesadaran orang Islam di sini belum mencapai tahap pada pemahaman betapa pentingnya berqurban.
Dua tahun terakhir, Nurdin semakin kesulitan dalam berdakwah. Kader-kader dakwah yang selama ini membantu telah berpindah tempat tinggal. Sedangkan Nurdin sendiri tinggal di Pulau Ende. Sekitar 70 km dari Wewaria. “Jika ke sana saya harus melalui satu jam perjalanan laut dan tiga jam perjalanan darat,” tutur Nurdin. Sementara itu ia juga mengasuh sebuah Madrasah Tsanawiyan di Pulau Ende.
Nurdin sangat berharap supaya bara dakwah di Watubara tidak pernah padam. Oleh karenanya uluran tangan dan sentuhan kepedulian sangat dibutuhkan. Dan Idul Adha kali ini adalah waktu yang tepat. Mari Peduli untuk Berbagi bersama BerBagi Qurban LMI. Karena qurban Anda akan berkelana dan bermanfaat hingga pelosok desa. [Arreto]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar