Senin, 18 Oktober 2010

Rentenir berkedok KOPERASI

Post

Rentenir berkedok KOPERASI

In Uncategorized on 23 August 2010 by lmisidoarjo
Menangis-nangis ke LMI Sidoarjo, menceritakan duka lara kehidupannya, seorang Ibu yang mempunyai anak 5, berawal tidak punya biaya persalinan anaknya yang ke-5 dia harus berhutang ke sebuah koperasi, karena penghasilan suami yang pas2an tidak bisa mengangsur hutangnya, ditagih setiap hari tentunya sungguh beban moral yang berat. Hutang sebesar 2,5 juta kini menjadi 2 kali lipat yang harus dibayarnya, kalau tidak segera ditutup bisa jadi 3 kali lipat lagi. Ibu yang bernama mamik pun berupaya cari bantuan, hampir 1 bulan jalan kaki mencari orang yang maumembantu, mendatangi ke lambaga-lembaga sosial tuk belas kasihan dan mau membantunya, ternyata belum ada yang tergugah mengulurkan tangan. Bersyukurlah di jalan Bu Mamik melihat banner LMI Sidoarjo, terbesit di hatinya untuk segera mendatangi kantor LMI Sidoarjo, maka dicatatnya alamatnya. Dengan jalan kaki yang sangat melelahkan dan sengat terik panas matahari membuatnya badan panas, lelah dan berkeringat, sampailah ke kantor LMI Sidoarjo.
Curahan hati dan keluhan deritanya sungguh membuat kami ikut terharu dan tak kuasa menahan air mata. ya Allah masih ada hambaMu yang sangat menderita…Ya Allah kami terpanggil untuk membantu hambaMu yang menderita.
Kami pun segera survey melihat kenyataan yang ada di tempat tinggalnya, memamg nyata dihadapan kami sebuah keluarga hidup penuh derita, anak-anak yang tak terawat dan tak terurus membuat hati pilu.
Kami segera mendatangi Koperasi yang telah memberikan hutang pada Ibu tersebut untuk menyelesaikan hutangnya, kami mencoba menawar agar dapat sedikit pengurangan, Alhamdulillah negoisasi kami diterima walau tidak besar. Kami pun melunasi hutangnya.
Yang sungguh membuat kami heran dan aneh tapi nyata adalah di ruang tamu koperasi tersebut ada tulisan besar yang berbunyi “Koperasi ini semakin terdepan mengentas kemiskinan dan bukan rentenir”. Di papan namanya juga tertulis nomer ijin dari departemen yang terkait.
Bu Mamik sangat lega dan menangis terharu setelah semuanya hutangnya diselesaikan. Kami pun memberikan arahan agar hidup lebih baik dan semakin rajin beribadah, kami siapkan bantuan modal usaha untuknya sambil kami bantu dan dibina, Insya Allah sampai hidupnya bisa kembali normal dan sejahtera.
Tentunya di masyarakat kita masih banyak bu Mamik-bu Mamik lainnya yang terjerat rentenir baik ada ijin maupun tidak ada ijinnya. Memang benar Rentenir itu bagai Lintah darat yang menyedot tubuh sampai tak berdaya.
Kalau kita tak peduli, apakah kita biarkan masyarakat seperti ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar